Lokasi warung yang satu ini letaknya di pinggir jalan Diponegoro, sebuah tenda kaki lima sederhana. Parkir sepeda motor dan mobil terlihat berderet di depannya. Warungnya makin malam makin ramai pembeli, tak jarang karena ruas jalan yang sempit akibat pembangunan mengakibatkan kemacetan di depan warungnya.
Warungnya sederhana, sebuah spanduk berwarna kuning tertulis Tahu Campur, dan di pojok tertulis Mas Sugeng. Inilah warung tahu campur yang selalu dipadati pembeli.
Banyak juga yang mengenalnya sebagai Tahu Campur jalan Kupang.
Pemiliknya adalah Pak Sugeng. Perjalanan Sugeng sebelum memutuskan berjualan tahu campur cukup berliku, ia ikut orang berjualan, mulai di Surabaya sampai Malang. “Saat itu saya ikut saudara yang kebetulan jual tahu campur,” tuturnya. Berbekal pengalaman selama ikut berjualan, akhirnya pada tahun 1990 ia berjualan tahun campur. Lokasinya di tempat pemberhentian bis di jalan Diponegoro. Sengaja memilih tahu campur, alasannya. “Rasanya sulit ditembak, tapi dikenang orang.”
Sugeng menjelaskan, keistimewaan tahu campur terletak pada kuahnya.Kuahnya keruh karena banyak bumbunya. Selain kuah yang kaya rempah-rempah, di dalam bumbunya juga ada petis udang. Petis udang dioleskan di piring, lalu diberi kuah sedikit untuk mengencerkan, kemudian diberi irisan tahu, mi kuning,kecambah, irisan perkedel singkong, dan daun selada. Kemudian yang terpenting potongan daging urat. Siraman kuah panas yang menebarkan aroma kaldu yang gurih.
Warung yang buka pukul 5 sore ini, selalu ramai. Dalam sehari, menghabiskan 80 kilogram daging urat. Untuk menjaga kualitas, maka ia hanya menggunakan daging pilihan.
Satu porsi tahu campur di warung Mas Sugeng ini, harganya hanya Rp 7500,-. Dengan harga murah meriah ini, Anda bisa menikmati daging urat yang melimpah, dan empuk, ditambah lagi dengan kuah kaldunya yang gurih.
Thursday, March 29, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment